Langsung ke konten utama

Postingan

Berbahagia saat Bersedih

Postingan terbaru

Di Kota Hujan

Tidak benar-benar hujan di sini. Tampaknya Tuhan masih sayang kepada diriku yang sudah pantas dibakar api Jahannam ini. Walaupun sesekali awan berkunjung, tak pernah setetes air pun mereka turunkan saat aku berpijak di sini. Semuanya, puji syukur kepada Tuhan, berjalan lancar di bawah terangnya sinar mentari. Tapi semakin malam, pikiranku semakin liar ... apakah Tuhan benar-benar masih sayang kepadaku? Pada akhirnya, hujan turun juga di kota hujan. Hujannya unik, karena asalnya bukan dari awan. Tidak ada angin seperti yang terjadi di kota dekat pesisir kemarin sore. Ini merupakan suatu keuntungan besar bagiku yang trauma akan angin badai. Yang ada hanyalah petir. Petirnya pun unik; suaranya tidak semenggelegar yang ada di langit. Petir yang ini tertahan, seakan ingin menggelegar tapi ia tidak cukup percaya diri untuk mengeluarkan jati dirinya. Betapa payahnya. Hujan selesai dini hari, di saat pabrik mimpi sedang dalam masa emas produksinya. Sambil memikirkan apakah akan ada lagi

Mendirikan Sekolah di Rumah

"Haduh. Kapan, sih, liburnya?" "11 Maret ceunah . Sabar. 3 hari lagi." "He-eh." "Eh, USBN-nya diundur!" "Sinting. Kenapa diundur?" "Meneketehe." "Jadi kapan?" "18 Maret." "Ashiap." "Laaaah, seminggu lagi dong?" "Itu emang udah fix tanggal 18 Maret?" "Udaaah." "Oke." Tengnengnongneng bel masuk berbunyi. Anggap ini udah beberapa hari menjelang "libur" USBN. "Jadi, nanti kalian di rumah, analisis 4 perjanjian antara Belanda dengan Indonesia, ya. Begini formatnya. Selamat mengerjakan." "Nanti Jum'at ibu bagi kelompok buat mengerjakan tugas materi karya ilmiah. Biar begitu masuk, kita bisa langsung presentasi." "Ada yang ingin ditanyakan? Tidak ada? Berarti sudah jelas ya untuk tugas bab muamalah. Bapak minta begitu masuk, laporannya udah ada di meja bapak." "Wih, enak banget kalian lib

Bus Stop, 04.27 PM.

"Hi." "... hi." "Waiting for the bus?" "Uh-huh." "Then we're same." "...." "...." "Hey." "Yeah?" "How was your day?" "Huh?" "Sorry for being rude by asking that." "Nah, nevermind. I'm good, though." "Glad to hear that. I'm not too well this day." "Why?" "Uh, do you know Mr. Arl?" "I know." "His spanks are really powerful." "Pffft!!" "Gosh, you're laughing!" "You ever got spanked?" "Kind of. I was sleeping while he told us the thing that I don't understand." "That's crazy!" "You think so?" "Hahaha!" "Keep laughing, you're cute." "...???" "...." "...." "You seemed hopeless before. Today is my birthday. No one should look sad like that in my

Tangisan yang Masih Bersambung

Aku capek. Dua kata yang selalu aku ucapkan setiap hari. Di dalam hati, dan juga melalui gumaman karena aku pengecut Baik secara fisik, ataupun mental, aku capek. Kadang di saat tidak capek pun, aku merasa capek. Entahlah. Aku hanya merasa ... capek. Dan karena itulah, aku jadi sering menangis akhir-akhir ini. Paling sering menjelang tidur. Sebabnya gak jelas. Padahal aku selalu bertanya ke diriku sendiri sewaktu menangis, tapi jahatnya hatiku malah mengacangi pertanyaanku. Capekku pun semakin menjadi. Terbangun dari mimpi yang sejak akhir Februari gak pernah jelas, yang pertama kali aku rasakan adalah : capek.  Tiba di sekolah, capekku agak memudar. Teman-teman mengajakku berinteraksi, memaksaku untuk melupakan sejenak penatku. Tapi tetap saja, capek itu terselip di tengah tawaku atas candaan temanku. Sepulang sekolah, sesampainya di rumah. Melihat daftar tugas sekolah yang tumpukannya udah melebihi pancake . Aku menangis, lagi. Kali ini aku tahu sebabnya.

Sudah Pasti

Ada dua tipe orang. Satu rajin membersihkan rumah, satu rajin membersihkan wajah. Jika keduanya dilakukan, sudah pasti apik. Ada dua tipe orang. Satu suka memerhatikan guru, satu suka memerhatikan buku. Jika keduanya dilakukan, sudah pasti pintar. Ada dua tipe orang. Satu suka membicarakan di depan, satu suka membicarakan di belakang. Jika keduanya dilakukan, sudah pasti peduli. Ada dua tipe orang. Satu suka menyembunyikan diri, satu suka menyembunyikan ciri. Jika keduanya dilakukan, sudah pasti cerdik. Ada dua tipe orang. Satu suka membaca puisi, satu suka membaca isi. Jika keduanya dilakukan, apakah sudah pasti bisa? ***** ini adalah hasil gabut pertamaku di bulan Maret 2019👍

Kereta Berpenumpang Hasil Akhir yang Tersasar

Akhir-akhir ini aku banyak berwacana. Awal mulanya dari postingan sekitar satu bulan yang lalu, yang judulnya  "Resolusiku Harus Banyak!" Aku gak sadar kala itu. Memasuki bulan Februari, aku mulai sadar. Kok, semakin merencanakan, semakin jauh hasilnya, ya. Contoh yang paling baru adalah tadi malam. Kebetulan minggu depan itu minggu gudangnya tugas dikumpulkan, jadi aku berinisiatif untuk mencicil satu-satu tugasnya dari tadi malam. "Pokoknya nanti malam harus udah kelar teks buat dakwahnya. Oh, PR yang ada di buku cetak Sastra Inggris juga! Harus selesai semua. Tidurnya jam 11-an aja. Sebelum tidur, baca materi Ekonomi dulu! Besok ulangan! " Aku lafalkan berkali-kali kalimat tersebut dalam hati dari waktu istirahat sekolah yang kedua hingga adzan Maghrib berkumandang. Setelah menunaikan shalat Maghrib, aku dengan semangat membuka laptop -ku dan mengetik keyword "Dakwah Lelah Menjadi Lillah" (yup, itu tema dakwahku untuk tugas mata pelajar